Rifqi Belajar

Lagi corat coret buku, belajar menulis....

Wiring StepUp Transformer

Wiring connection of main transformator st18

Maintain of solenoid

Pengecekan solenoid, termasuk kebersihan, kondisi membran, seal, dsb.

Anto sedang memeriksa trafo

Pengecekan connection bus koneksi input auxiliary transformator...

PLANT CCPP

..... Power Plant Combine Cycle 135 MW .....

Thermocopel

..... Thermocopel Thrust Bearing Type K .....

Thursday 2 September 2010

Dasar Elektronika



Pada Sistem Tenaga Listrik terdapat penggunaan komponen elektronika yang umumnya dipakai dalam rangkaian pengaturan motor-motor listrik. Komponen-komponen elektronika yang dipergunakan pada sistem tenaga listrik pada prinsipnya harus mampu menghasilkan daya yang besar atau mampu menahan disipasi daya yang besar.

Elektronika daya meliputi switching, pengontrolan dan pengubah (konversi) blok-blok yang besar dari daya listrik dengan menggunakan sarana peralatan semikonduktor.


Dengan demikian elektronika daya secara garis besar terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :1. Rangkaian Daya
2. Rangkaian kontrol

Pada gambar berikut menunjukkan hubungan antara kedua rangkaian diatas yang terintegrasi menjadi satu, dimana keduanya banyak memanfaatkan peralatan semikonduktor.




Rangkaian daya terdiri dari komponen Dioda, Thyristor dan Transistor Daya. Sedangkan rangkaian kontrol terdiri atas Dioda, Transistor dan rangkaian terpadu (Integrated Circuit / IC).

Dengan menggunakan peralatan-peralatan yang serupa keandalan dan kompatibilitas dari
perlengkapan (sistem) akan dapat diperbaiki. Elektronika daya merupakan bagian yang penting dalam industri-industri, yaitu dalam pengontrolan daya pada sistem, proses elektronika dan lain-lain.

I. DIODA

Dioda merupakan penyatuan dari lapisan P dan N sebagaimana gambar struktur dan simbol lapisan.
Syarat dioda dalam keadaan ON adalah Vak positip sedangkan untuk OFF adalah Vak negatif.


Karateristik tersebut menggambarkan hubungan antara arus dioda (IR dan IF) agar Vak dalam kondisi menahan arus (OFF) maupun dalam keadaan mengalir (ON). Dalam keadaan OFF, Vak = Vr = negatif, maka dioda menahan arus namun terdapat arus bocor Ir yang kecil.

Dalam keadaan ON, Vak = Vf = positif, dioda mengalirkan arus namun terdapat tegangan jatuh pada dioda = ∆ Vf, dan jika ∆ Vf ini makin besar untuk arus dioda yang makin tinggi, berarti rugi konduksi If * ∆ Vf naik. Terlihat pula pada karateristik dioda diatas bahwa bila Vr terlalu tinggi dioda akan rusak.

Karateristik Switching

Karateristik ini menggambarkan sifat kerja dioda dalam perpindahan keadaan ON ke OFF dan sebaliknya.



Dioda akan segera melalukan arus jika Vr telah mencapai lebih dari Vf minimum dioda kondusif dan pada saat OFF terjadi kelambatan dari dioda untuk kembali mempunyai kemampuan memblokir tegangan reverse. Dari gambar diatas tgerlihat adanya arus balik sesaat pada dioda, dimana arus balik ini terjadi pada saat peralihan keadaan dioda dari kondisi ON ke kondisi membloking tegangan reverse.

Dengan adanya sifat arus balik, maka diperoleh dua jenis penggolongan dioda yaitu :
1. Dioda Cepat, yaitu dioda dengan kemapuan segera mampu membloking
tegangan reverse yang cepat, orde 200 ns terhitung sejak arus forward dioda
sama dengan 0 (nol).

2. Dioda Lambat, yaitu untuk hal yang sama dioda memerlukan waktu lebih lama,
Q32 > Qs1.

Terminologi karateristik dioda

Trr : Reverse Recovery Time, waktu yang diperlukan dioda untuk bersifat membloking tegangan forward.
Tjr : Waktu yang diperlukan oleh Juction P-N untuk bersifat membloking.
Tbr : Waktu yang diperlukan daerah perbatasan Junction untuk membentuk zone bloking.
Qs : Jumlah muatan yang mengalir dalam arah reverse selama perpindahan status dioda ON ke OFF.

Dioda jenis lambat banyak digunakan pada rangkaian konverter dengan komutasi lambat/natural, seperti rangkaian penyearah. Sedangkan Dioda jenis Cepat dipergunakan pada konverter statis dengan komutasi sendiri seperti misalnya pada DC Chopper, konverter komutasi sendiri dll.

Kemampuan Tegangan

Dioda bersifat memblokir tegangan reverse, ternyata mampu menahan tegangan tersebut tergantung pada karateristik tegangan itu sendiri.
VRWM = Puncak tegangan kerja normal.
VRRM = Puncak tegangan lebih yang terjadi secara periodik.
VRSM = Puncak tegangan lebih tidak periodik.

Kemampuan Arus Dioda

Adanya tegangan jatuh konduksi ∆ Vf menyebabkan rugi daya pada dioda yang keluar dalam bentuk panas. Temperatur junction maksimum terletak antara 110°C - 125°C. Panas yang melebihi dari temperatur ini akan menyebabkan dioda rusak. Temperatur maksimum ini dapat dicapai oleh bermacam-macam pembebanan arus terhadap dioda.

If (AV) : Arus rata-rata maksimum yang diijinkan setiap harga arus rata-rata akan menghasilkan suatu harga temperatur akhir pada junction dioda. Batas If (AV) ini juga tergantung pada temperatur ruang dan jenis sistem pendinginan (Heat-sink).

If (RMS) : Harga effektif maksimum arus dioda. Harga rata-rata yang di bawah If (∆V) maksimum, belum menjamin keamanan operasi dioda terutama arus beban dioda dengan form factor yang tinggi. ( Rate Mean Square )

If (RM) : Harga puncak arus lebih periodik yang diijinkan.

If (SM) : Harga puncak arus lebih non periodik yang diijinkan

T : Batas integral pembebanan arus dimana dioda masih mampu mengalaminya.

Besaran ini berlaku untuk ½ cycles atau 1 ms dan merupakan pedoman dalam pemilihan pengaman arus.

Contoh data Fast Dioda Type MF 70
Maximum repetitive peak reverse voltage, Vdrm = 1200 Volt.
Mean forward current, If (AV) = 70 A
RMS forward current, Irms max = 110 A
Non repetitive forward current, If (ms) = 700 A
Forward V-Drop, Vfm=V, pada Ifm = 210 A
Peak reverse current, Irm = 5 mA
Reverse recovery time, trr = 200 ns
Stored, charger, Qrr = T µc (Qs)
Thermal resistance, Rth-jc = 0,37°C/w

Pada artikel lanjutan akan dibahas mengenai: SCR (Silicon Controlled Rectifier), TRIAC (Trioda Alternating Current Switch), DIAC (Bilateral Trigger Dioda) dan UJT (Uni-Juntion Transistor).

Semoga bermanfaat,


Dikutip dari Dunia-Listrik.blogspot.com

Wednesday 1 September 2010

Pendidikan Berbasis Karakter (Sebuah Renungan dan Harapan)

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat dinamis, selalu bergerak, selalu terjadi perubahan dan pembaharuan. Sekolah seolah terus berpacu memunculkan dan mengejar keunggulannya masing-masing. Memasuki Era Globalisasi menjadi satu tantangan tersendiri bagi pengelola pendidikan untuk menyesuaikan kurikulum dan sarana pendidikan mereka dengan berbagai teknologi canggih agar bisa menghasilkan siswa yang mampu bersaing di Era ‘Global Village’.

Ditengah begitu semangatnya berbagai lembaga pendidikan mengejar keunggulan teknologi, terbersit satu pertanyaan, ‘sebesar itu jugakah semangat kita untuk mengejar keunggulan karakter siswa-siswa kita?’


Mengapa Karakter?

Beberapa hadits berikut menunjukkan betapa pentingnya sekolah-sekolah kita untuk memperhatikan masalah pembentukan akhlak pada anak-anak didiknya:

“Innama bu’itstu liutammima makaarimal akhlaaq”

“Sesungguhnya Aku (Muhammad) diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (H.R. Malik)

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi.”

Sekolah adalah tempat yang sangat strategis bahkan yang utama setelah keluarga untuk membentuk akhlak/karakter siswa. Bahkan seharusnya setiap sekolah menjadikan kualitas akhlak/karakter sebagai salah satu Quality Assurance yang harus dimiliki oleh setiap lulusan sekolahnya.

Tentunya kita semua berharap siswa-siswi yang dididik di sekolah kita menjadi hamba Allah SWT yang beriman.

Pemerintah kita mencanangkan dalam Pasal 3 UU No. 20/2003, bahwa:

‘Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab’.

Dan sekarang resapilah hadits berikut:

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka.” (H.R. Tirmidzi dari Abu Hurairah)

Jika ternyata baiknya akhlak menjadikan sempurnanya iman, maka tidak ada alasan bagi sekolah kita untuk menomor duakan keseriusan dalam upaya pembentukan akhlak/karakter dibanding keseriusan mengejar keunggulan teknologi. Bahkan yakinlah, bahwa jika anak didik kita memiliki akhlak/karakter yang baik, Insya Allah merekapun akan lebih mudah kita pacu untuk mengejar prestasi lainnya.

Para peneliti, dan tokoh kelas dunia pun dengan jelas ikut menyuarakan pentingmya masalah pembentukan karakter ini:

Theodore Roosevelt, mantan presiden USA yang mengatakan:

“To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society”

“Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat.”

Mahatma Gandhi memperingatkan tentang salah satu dari tujuh dosa fatal, yaitu “education without character” (pendidikan tanpa karakter)

Beberapa hasil penelitian dan survey berikut mungkin akan membuat dahi kita berkerut:

90% anak usia 8-16 tahun telah buka situs porno di internet. Rata-rata anak usia 11 tahun membuka situs porno untuk pertama kalinya. Bahkan banyak diantara mereka yang membuka situs porno di sela-sela mengerjakan pekerjaan rumah (Ketua Umum Badan Pengurus Nasional Asosiasi Warung Internet Indonesia, Irwin Day. 25 Juli 2008. Media Indonesia)‏

Herien Puspitasari (Disertasi Doktor IPB), mempublikasikan hasil penelitiannya di Kompas Cyber Media 18/05/2006). Dalam penelitiannya yang dilaksanakan pada tahun 2002-2003, dengan menggunakan responden sejumlah 667 siswa (550 siswa Sekolah Negeri & 117 siswa Sekolah Swasta), 540 putra dan 127 putri, semuanya berasal dari siswa kelas 2 SMA dan SMK di Bogor. Mendapatkan hasil yang mencengangkan: Dari 667 responden tersebut, tidak kurang 10 persen para responden sudah melakukan hubungan seks bebas!

Jumlah pengguna narkoba di lingkungan pelajar SD, SMP, dan SMA pada tahun 2006 mencapai 15.662 anak. Rinciannya, untuk tingkat SD sebanyak 1.793 anak, SMP sebanyak 3.543 anak, dan SMA sebanyak 10.326 anak. Dari data tersebut, yang paling mencengangkan adalah peningkatan jumlah pelajar SD pengguna narkoba. Pada tahun 2003, jumlahnya baru mencapai 949 anak, namun tiga tahun kemudian atau tahun 2006, jumlah itu meningkat tajam menjadi 1.793 anak .

Tentunya masih banyak data dan fakta lain yang bisa kita ungkap. Tapi data-data di atas cukup mewakili bagaimana potret anak usia sekolah di negeri ini.

Menurut Thomas Lickona (1992), tanda-tanda kehancuran suatu bangsa antara lain:

1. Meningkatnya kekerasan dikalangan remaja

2. Ketidakjujuran yang semakin membudaya

3. Semakin rendahnya rasa tidak hormat kepada kedua orang tua, guru dan figur pemimpin,

4. Meningkatnya kecurigaan dan kebencian,

5. Penggunaan bahasa yang semakin memburuk,

6. Penurunan etos kerja,

7. Menurunnya rasa tanggung-jawab individu dan warga negara,

8. Meningginya perilaku merusak diri,

9. Semakin kaburnya pedoman terhadap nilai-nilai moral.

Jika kita cermati satu persatu tanda-tanda kehancuran di atas, berapa point yang sudah muncul di bangsa kita? Sepertinya kita sepakat bahwa seluruhnya sudah tampak di bangsa kita!

Akankah bangsa kita mengalami kehancuran? Jawabannya adalah ‘YA’ bila bangsa kita tidak melakukan perbaikan. Dan kita para pengelola sekolah dan para pendidik harus ikut melakukan langkah perbaikan. Inilah peran strategis yang harus kita ambil, MELAKUKAN PEMBINAAN AKHLAK UNTUK MENGHINDARKAN BANGSA DARI KEHANCURAN!

Peran Sekolah

“Fithratallahil latii fatharan naasa ‘alaiha. Laa tabdiila likhalqillah.”

“…(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah…” (Q.S. Ar-Rum: 30)

“Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun.” (H.R. Bukhari)

Pendidikan menurut Pasal 1 Butir 1 UU 20/2003:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”

Pengertian Pendidikan Karakter

Dalam Kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang daripada yang lain. Sedangkan menurut Imam Ghazali karakter adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melakukan pertimbangan fikiran. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Membentuk karakter tidak semudah memberi nasihat, tidak semudah member instruksi, tetapi memerlukan kesabaran, pembiasaan dan pengulangan, sebagaimana yang dinyatakan dalam hadits yang telah dikutip sebelumnya:

“Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun.” (H.R. Bukhari)

Sehingga proses pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral.

Pendidikan Agama sebagai pilar utama dalam proses penyelenggaraannya. Oleh karena itu, sekolah perlu mengembangkan prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:

1. Menjadikan nilai-nilai agama sebagai landasan filosofis.

2. Mengintegrasikan nilai Islami ke dalam bangunan kurikulum.

3. Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk mencapai optimalisasi proses belajar mengajar.

4. Mengedepankan nilai-nilai pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik.

5. Menumbuhkan iklim yang baik di dalam lingkungan sekolah: menumbuhkan kemaslahatan dan meniadakan kemaksiatan dan kemungkaran.

6. Melibatkan peran-serta orangtua dan masyarakat dalam mendukung tercapainya tujuan pendidikan.

7. Mengutamakan nilai silaturrahim dalam semua interaksi antar warga sekolah.

8. Membangun budaya rawat, resik, rapih, runut, ringkas, sehat dan asri.

9. Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi pada mutu.

10. Menumbuhkan budaya profesionalisme

Nilai-nilai agama menjadi inspirasi dan sekaligus pemandu utama dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah antara lain:

1. Membentuk sikap dan kepribadian yang kuat.

2. Memompa semangat keilmuan dan karya.

3. Membangun karakter/pribadi yang saleh

4. Membangun Sikap Peduli:

5. Membentuk pandangan yang visioner

Bagaimana menerapkan pendidikan karakter di sekolah?

Menurut Ratna Megawangi, Founder Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter:

MORAL KNOWING : Memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. Untuk apa berperilaku baik. Dan apa manfaat berperilaku baik

MORAL FEELING : Membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya.

MORAL ACTION : Bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior

Dengan tiga tahapan ini, proses pembentukan karakter akan jauh dari kesan dan praktik doktrinasi yang menekan, justru sebaliknya, siswa akan mencintai berbuat baik karena dorongan internal dari dalam dirinya sendiri.

Masih menurut Indonesia Heritage Foundation, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri anak:

1. Cinta pada Allah SWT, dengan segenap ciptaanNya

2. Kemandirian dan tanggung jawab

3. Kejujuran, bijaksana

4. Hormat, santun

5. Dermawan, suka menolong, gotong royong

6. Percaya diri, kreatif, bekerja keras

7. Kepemimpinan, keadilan

8. Baik hati, rendah hati

9. Toleransi, Kedamaian, kesatuan

Tips untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah

Berikut adalah tips untuk sukses menerapkan pendidikan berbasis karakter di sekolah:

* Memiliki nilai-nilai yang dianut dan disampaikan kepada seluruh stake holder sekolah melalui berbagai media : buku panduan untuk orang tua (dan siswa), news untuk orang tua, pelatihan.
* Staf pengajar dan administrasi termasuk tenaga kebersihan dan keamanan mendiskusikan nilai-nilai yang dianut, Nilai-nilai ini merupakan penjabaran dari nilai-nilai yang diyakini sekolah.
* Siswa dan guru mengembangkan nilai-nilai yang dianut di kelas masing-masing.
* Memberikan dilema-dilema dalam mengajarkan suatu nilai, misalnya tentang kejujuran.
* Pembiasaan penerapan nilai di setiap kesempatan
* Mendiskusikan masalah yang terjadi apabila ada pelanggaran
* Mendiskusikan masalah dengan orang tua apabila masalah dengan anak adalah masalah besar atau masalahnya tidak selesai

Dari semua komponen sekolah, yang paling berperan mensukseskan program pendidikan berbasis karakter di sekolah, adalah GURU. Tentunya diperlukan GURU BERKARAKTER untuk menghasilkan SISWA BERKARAKTER. Meski diperlukan kesabaran dan ketekunan, menghasilkan anak didik yang berakhlak dan berkarakter baik tentunya sangat membahagiakan, karena menjadi penyebab seseorang mendapatkan kebaikan itu lebih baik dari dunia dan seisinya!

Dikutip dari:

Shintawati (Staf Dept. Mutu JSIT Indonesia). Pendidikan Berbasis Karakter.

http://www.jsit.web.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:pbk&catid=35:dpm&Itemid=57. April 2010

Tuesday 31 August 2010

Pengetahuan Control Valve

Pengetahuan Dasar Control Valve

Control valve atau proportional valve adalah alat yang digunakan untuk memodifikasi aliran fluida atau laju tekanan pada sebuah sistem proses dengan menggunakan daya untuk operasinya. Valve ini digunakan oleh industri dalam banyak aplikasi.
Control valve adalah elemen kontrol akhir yang paling umum digunakan untuk mengatur aliran bahan dalam sebuah proses. Pada suatu lup proses, hanya ada resistansi variable yang dikontrol, sedangkan resistansi berubah-ubah karena perubahan aliran pada sistem atau karena lapisan pipa dan permukaan dinding peralatan. Variasi resistansi ini tidak diinginkan dan harus dikompensasi dengan menggunakan control valve.

Pada sebagain besar kasus, control valve diinginkan berubah secara kontinyu berdasarkan sinyal kontrol untuk mempertahankan kondisi mantap dari variable proses. Karena kemampuan jangkauan yang lebar sudah menjadi sifat bawaan dalam memilih ukuran control valve, maka terdapat beberapa pilihan yang dibuat, bergantung pada:
- desain bodi
- karakteristik aliran
- jenis actuator
- desain trim.

Struktur dari control valve secara tipikal ditunjukkan
pada Gambar dibawah:




Desain Bodi

Bodi merupakan bagian dari control valve yang mempunyai saluran dimana aliran fluida akan diatur melalui saluran ini, dikenal sebagai valve seat. Atau dengan kata lain adalah bagian luar dari control valve yang berhubungan langsung dengan fluida. Bahan untuk bodi tidaklah sama untuk setiap penggunaan fluida, tergantung pada sifat fluida. Secara konstruksi, bodi terdiri dari tungkai pemutar, badan katup, plug dan packing. Berdasarkan pada fungsinya, bodi terdiri dari plug dan jenis–jenis katup. Konstruksi bodi biasanya sama untuk berbagai jenis katup, kecuali jika didesain khusus.
Bahan metal yang digunakan untuk bodi valve diantaranya adalah: brass, bronze, copper, cast iron, ductile iron, monel, stainless steel dan steel. Sedangkan bahan plastik yang digunakan diantaranya adalah PVC dan CPVC.
Pemilihan plug katup biasanya berhubungan dengan kemampuan katup, misalnya rangeability, kapasitas, kebocoran, tekanan dan gaya yang mem-pengaruhi. Tiap–tiap plug mempunyai karakteristik yang berbeda. Bentuk plug katup yang sering dipakai adalah bentuk bola, jarum dan piringan.

Berdasarkan jumlah valve seat-nya, control valve dibedakan menjadi :


* Single Seat

Pada single seat, tekanan bekerja pada saluran bagian bawah plug, sehingga menimbulkan gaya tekan ke atas pada stem. Kelebihan dari seat ini adalah dapat menutup dengan rapat dan dapat digunakan sebagai aliran proses tanpa kebocoran. edangkan kelemahannya adalah tidak ada keseimbangan gaya pada plug akibat dari tekanan yang bekerja satu arah.

• Double Seat
Pada double seat, tekanan yang masuk dan keluar dapat diseimbangkan karena tekanan bekerja pada kedua plug dengan arah berlawanan. Kelebihan dari jenis ini adalah kapasitas aliran naik sampai 30% lebih besar dari single seat. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat menutup dengan rapat.

Fitur dudukan (seats) diantaranya adalah:
- metal-to-metal
- o-ring atau soft seat
- Class IV atau V
- Class VI

Karakteristik Aliran

Karakteristik aliran sebuah control valve adalah hubungan antara laju aliran yang melalui valve dan gerakan valve jika pergerakan bervariasi dari 0 hingga 100%.
Jenis Karakteristik
1. Quick Opening
• Sesuai untuk perubahan maksimum laju aliran pada gerakan valve yang pelan dengan hubungan yang hampir linier
• Penambahan gerakan valve memberikan perubahan tereduksi sesaat pada laju aliran, dan jika plug valve mendekati posisi bukaan lebar, perubahan laju aliran mendekati nol.
• Digunakan khususnya untuk keperluan on-off
• Pada sistem ketinggian cairan, karakteristik ini digunakan untuk penambahan Δp dengan penambahan terkunci, Δp pada beban maksimum > 200% beban minimum Δp
2. Linier
• Laju aliran proporsional secara langsung terhadap gerakan valve
• Drop tekanan konstan
• Pengatan valve akan sama di seluruh aliran ( penguatan valve adalah rasio perubahan penambahan laju aliran terhadap perubahan penambahan posisi plug valve)
• Umumnya digunakan untuk pengontrolan ketinggian cairan dan untuk pengontrolan aliran tertentu yang membutuhkan penguatan konstan
• Penurunan Δp dengan penambahan beban, Δp pada beban maksimum > 20% beban minimum Δp pada sistem ketinggian cairan
• Penambahan Δp dengan penambahan beban, Δp pada beban maksimum > 200% beban minimum Δp pada sistem ketinggian cairan
• Pada proses kontrol aliran, karakteristik ini digunakan untuk proporsional terhadap aliran dengan jangkauan set point aliran yang lebar, jika lokasi control valve seri dan bypass terhadap elemen pengukuran
• Pada sistem kontrol tekanan, karakteristik ini digunakan untuk proses gas, volume besar ( proses memiliki penampung, sistem distribusi ata jalur transmisi melampaui 100 ft dari volume pipa nominal) dan penurunan Δp dengan penambahan beban, Δp pada beban maksimum > 20% beban minimum Δp.
3. Equal Percentage
• Dengan aliran kecil, perubahan laju aliran akan menjadi kecil
• Dengan aliran besar, perubahan laku aliran akan menjadi besar
• Pada sistem ketinggian cairan, karakteristik ini digunakan untuk penurunan Δp dengan penambahan beban, Δp pada beban maksimum <> 100 : 1
• Standard butterfly valve : 10 : 1 hingga 20 : 1
• Pinch & diaphragm valve :
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika memilih control valve (SIZING):
1. jenis Pengendalian (FLow, Pressure, temp, Level, analyzer dll) ato cuma On-Off control
2. Karakteristik Inherent dan installed control valve (quick opening, linear, equal percentage)
3. Material control valve (satinless steel, carbon steel dll)
4. accessories control valve: positioner, I/P, limit switch, booster, air set dll
5. fail opened ato fail closed
6. Actuator (pneumatic, hidrolik, atau electric)
7. jenis control valve (globe, butterfly, ball, V-ball dll)
8. kondisi proses dari fluida kerja (Pressure, Pressure Drop,temperature, Specivic gravity)

Pressure Tranducer & Pressure Transmitter

Rangkuman Diskusi
Pressure Transducer vs Pressure Transmitter
Oleh Administrator

Mungkin ada yg bisa bantu /sharing knowledge? Perbedaan yg paling mendasar anatara pressure transmitter dan pressure transducer dalam hal apa ya? Thanks before

Tanggapan 1.
Pressure transmitter berfungsi untuk mentransmisikan/menyampaikan informasi keadaan tekanan pada suatu tempat (vessel, pipe etc) dalam bentuk signal electric kepada controller dan selanjutnya digunakan untuk melakukan aksinya (misal mengurangi/menutup valve yang ada hubungannya dengan kasus yg dimaksud.

Pressure transducer berfungsi melakukan perubahan bentuk energi tekanan menjadi bentuk energi listrik (P to I) pressure to current yang selanjutnya dikirimkan kepada pressure transmitter. Semoga ada yg dapat menyempurnakan & semoga bermanfaat.



Tanggapan 2
Pressure Transmitter adalah instrument atau alat yang berfungsi mengubah besaran ukur (dalam hal ini tekanan) menjadi besaran lain sesuai dengan besaran standard instrumentasi. (besaran ini bisa berupa pressure : mBar, electronic : 4 - 20 mA, dll) Pressure Transducer adalah instrument atau peralatan yang berfungsi untuk mengubah besaran tekanan ke besaran lain (non standard) bisa berupa local indikasi.

Jadi pada hakekatnya perbedaannya pada output yang dihasilkan, kalo transmitter mempergunakan standard signal instrumentasi, sementara transducer bisa dikatakan tidak.

Tanggapan 3
prinsip dasarnya pressure/tekanan adalah sebentuk gaya/force yang dibutuhkan utnuk menahan gas atau fluida keluar, biasanya ditetapkan sebagai besarnya gaya per unit area,sensor pressure digunakan untuk mengukur tekanan tersebut dan mengirimkannya berupa signal yang biasanya berupa electrical signal (bisa juga optical signal, visual signal, atau auditory signal).sensor pressure digunakan untuk mengukur tekanan itu sendiri, flow, level, altitude, dll.prinsip pengukuran inilah yang digunakan pada pressure transducers, pressure transmitter, pressure indicator, dll.perbedaan antara pressure transducer and pressure transmitter adalah kalo transducer itu penekanannya ke pengubahan/transformasi energi (energy transforming) dan transmitter itu pen-transmisi-an sinyal (signal transmission), dan saat ini untuk pengukuran pressure tsb, equipment tersebut sudah terintegrasi keduanya, transforming energy dan signal transmission.

Tanggapan 4

Transducer adalah suatu alat/device yang berfungsi merubah suatu besaran/energi ke bentuk besaran/energi yang lain. Contoh : strain gauge, thermoelement (RTD atau thermocouple), piezoelectric, sensor module pada pressure tx (berisi diaph, liq filled, dan capasitor), dll. Sensor module pada press. tx berfungsi merubah tekanan menjadi kapasitansi, RTD merubah temperature menjadi resistansi, dan seterusnya. Karena keluaran / output dari transduser tertentu adalah suatu bentuk besaran/energi yang tidak mungkin di transmisikan karena alasan akurasi maka dibuatlah transmitter, transmitter ini berfungsi untuk memperkuat dan mengkondisikan signal keluaran transducer agar bisa ditransmisikan melalui media tertentu (electric/pneumatic) tanpa mengganggu akurasi bacaannya. Adalah tidak mungkin mentransmisikan signal output dari sensor module yang berupa kapasitansi melalui kabel ke control room atau tempat lain, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi akurasi dari signal yang di transmisikannya, di dalam kabel ada kapasitansi dan induktansi. Tetapi ada beberapa transducer yang dapat langsung mentransmisikan signalnya seperti RTD dan thermocouple dengan akurasi yang dapat diterima. Dalam istilah sehari2 pressure transmitter terdiri dari pressure transducer dan electronic card berfungsi sebagai transmitter dalam bentuk yang compact.
Dikutip dari: Rangkuman diskusi www.migas-indonesia.com